Wah itu sih musik mahal…Celetuk seorang pria paruh baya ketika saya sedang berada di parkiran motor sebuah mall di Surabaya.
Mungkin hanya sedikit atau bahkan minim sekali orang yang yang tahu tentang pemahaman dan penilaian musik yang awalnya dimainkan oleh orang-orang kulit hitam ini. Di Indonesia khususnya Surabaya orang selalu menganggap Jazz adalah “milik orang-orang kaya”, maksudnya penikmat Jazz hanya berasal dari kalangan menengah ke atas, padahal pada era sekarang ini komunitas Jazz justru sedang gencar-gencarnya memperkenalkan genre yang berasal dari sinegal ini kepada publik dengan tujuan, musik Jazz dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat mulai dari kalangan bawah sampai kalangan menengah ke atas.
Bila berbicara masalah mahal itu relatif dan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang seperti, Produksi. Produksi sebuah lagu mulai dari proses pembuatan, perekaman sampai pendistribusian tidaklah murah karena selainn melibatkan banyak pemain alat musik sampai penyanyi. Hal ini akan menghabiskan biaya yang sangat besar dan ketika memasuki tahap pendistribusian album sudah tentu bandrol harga album yang akan diedarkan akan menyesuaikan dengan biaya produksi album.
Bisa jadi juga karena dahulu kala hanya orang-orang kaya yang memiliki alat untuk memutar lagu sehingga lagu-lagu Jazz hanya dapat dinikmati oleh orang-orang berduit karena mereka punya uang untuk membeli piringan hitam atau kaset beserta alat pemutarnya.
Namun di masa sekarang ini untuk memiliki sebuah perangkat audio untuk memutar lagu bukanlah hal yang susah dan sudah tentu mayoritas orang dapat menikmati semua jenis musik dengan bebas, hanya mungkin saja telinga kebanyakan orang masih belum terbiasa dengan musik Jazz, jadi Jazz bukanlah “Musik Mahal” kan semua genre musik pun bisa menjadi sebuah musik yang mahal (bernilai) tergantung dari masing-masing orang yang mempersepsi.
No comments:
Post a Comment